Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang masuk kategori perguruan tinggi bintang dua di Indonesia. Dari 3.300 lebih perguruan tinggi yang ada, hanya 11 yang meraih kategori itu.
"Penilaian itu dilakukan oleh Ditjen Pendidikan Tinggi Kemendiknas setiap awal tahun, dengan model penilaian QS Stars (quacquarelly Symonds)," kata Rektor UNS, Prof Dr Much Syamsulhadi SpKJ(K).
Dia mengatakan, dengan penilaian yang mengacu pada standar internasional itu, tidak ada satupun PT di Indonesia yang bisa meraih bintang tiga, apalagi empat atau lima. Yang masuk kategori bintang satu hanya lima PT, dan lainnya belum memperoleh bintang.
"Ini memang penilaian yang patut diapresiasi. Harapannya, tentu agar memacu perguruan tinggi yang ada, untuk meningkatkan kualitasnya. Sebab tolok ukurnya sangat jelas," tandasnya.
Dia mencontohkan, criteria penilaian antara lain terbagi pada criteria inti, tambahan dan special. Yang masuk criteria inti adalah bidang penelitian, keterserapan lulusan pada dunia kerja, proses pembelajaran, dan ketersediaan infrastruktur yang memadai.
Criteria tambahan meliputi seberapa jauh langkah yang diambil untuk menuju proses internasionalisasi, inovasi dan transfer pengetahuan. Dan criteria special adalah berapa banyak perguruan tinggi itu melakukan pengabdian masyarakat.
"Semua criteria memiliki poin, antara 0 – 1.000. Ternyata kisaran poin yang dihasilkan 28 perguruan tinggi yang dinilai oleh Ditjen Dikti, paling banyak hanya 200 poin saja. Dan itulah yang mendapatkan bintang dua. Yang lain bintang satu, serta belum berhak mendapatkan bintang," kata dia, didampingi Ketua International Office, Dr Syafii MEng.
Proses internasionalisasi menjadi poin yang dinilai sangat penting. Sebab seluruh PT di Indonesia, didorong agar bisa masuk ke kancah internasional, diakui di seluruh dunia melalui program world class university. "Karena itu berbagai upaya agar diakui internasional terus dilakukan. Di antaranya melalui upaya penelitian kolaborasi, menulis di jurnal internasional, dan juga lainnya," kata Rektor.
Tidak kalah penting, pengabdian masyarakat. Sebab poin itu saah satu tolok ukur seberapa hasil penelitian yang dilakukan, bisa diterima dan memiliki manfaat bagi masyarakat.
"Penilaian itu dilakukan oleh Ditjen Pendidikan Tinggi Kemendiknas setiap awal tahun, dengan model penilaian QS Stars (quacquarelly Symonds)," kata Rektor UNS, Prof Dr Much Syamsulhadi SpKJ(K).
Dia mengatakan, dengan penilaian yang mengacu pada standar internasional itu, tidak ada satupun PT di Indonesia yang bisa meraih bintang tiga, apalagi empat atau lima. Yang masuk kategori bintang satu hanya lima PT, dan lainnya belum memperoleh bintang.
"Ini memang penilaian yang patut diapresiasi. Harapannya, tentu agar memacu perguruan tinggi yang ada, untuk meningkatkan kualitasnya. Sebab tolok ukurnya sangat jelas," tandasnya.
Dia mencontohkan, criteria penilaian antara lain terbagi pada criteria inti, tambahan dan special. Yang masuk criteria inti adalah bidang penelitian, keterserapan lulusan pada dunia kerja, proses pembelajaran, dan ketersediaan infrastruktur yang memadai.
Criteria tambahan meliputi seberapa jauh langkah yang diambil untuk menuju proses internasionalisasi, inovasi dan transfer pengetahuan. Dan criteria special adalah berapa banyak perguruan tinggi itu melakukan pengabdian masyarakat.
"Semua criteria memiliki poin, antara 0 – 1.000. Ternyata kisaran poin yang dihasilkan 28 perguruan tinggi yang dinilai oleh Ditjen Dikti, paling banyak hanya 200 poin saja. Dan itulah yang mendapatkan bintang dua. Yang lain bintang satu, serta belum berhak mendapatkan bintang," kata dia, didampingi Ketua International Office, Dr Syafii MEng.
Proses internasionalisasi menjadi poin yang dinilai sangat penting. Sebab seluruh PT di Indonesia, didorong agar bisa masuk ke kancah internasional, diakui di seluruh dunia melalui program world class university. "Karena itu berbagai upaya agar diakui internasional terus dilakukan. Di antaranya melalui upaya penelitian kolaborasi, menulis di jurnal internasional, dan juga lainnya," kata Rektor.
Tidak kalah penting, pengabdian masyarakat. Sebab poin itu saah satu tolok ukur seberapa hasil penelitian yang dilakukan, bisa diterima dan memiliki manfaat bagi masyarakat.
0 comments
Post a Comment